Ilmu Manteq

BAB I
PENDAHULUAN
مقــدمـــة
A. Pengertian Ilmu Mantik (تعريف المنطق )
Ilmu Mantik merupakan bahasa arab yang berarti logika, suatu hasil yang sangat besar dan gemilang dari Aristoteles (384-322 SM), seorang filosof dan pemikir super ulung bangsa Yunani. Jika istilah Logika diartikan, maka ia adalah cabang ilmu filsafat yang menentukan penghargaan atau penelitian tentang suatu cara berfikir atau cara mengemukakan alasan-alasan, jika fakta-fakta yang digunakan dalam cara berfikir itu sebelumnya sudah dinyatakan benar.
Ilmu Mantik adalah “ilmu tentang kaidah-kaidah yang dapat membimbing manusia kerah berfikir secara benar yang menghasilkan kesimpulan yang benar sehingga ia terhindar dari berfikir secara keliru yang menghasilkan kesimpulan yang salah”.
B. Sejarah Perkembangan Ilmu Mantik
Yunani adalah negeri asal Ilmu Mantik karena kebanyakan penduduknya berotak cerdas. Kecerdasan penduduk Yunani itulah yang barangkali telah menyebabkan antara lain, lahirnya kelompok safsathah (semacam debat kusir yang inginnya menang sendiri dan maunya mengalahkan lawan saja), berkembang tetapi berpengaruh negative, di Yunani. Kelompok ini dengan ketangkasan debat yang mereka miliki, menghujat dan bahkan merusak sistem sosial, agama dan moral dengan cara mengungkap pernyataan-pernyataan yang kelihatannya benar tetapi malah menyesatkan.
Aristoteles berusaha mengalahkan mereka secara ilmiyah dengan pernyataan-pernyataan logis yang briliyan. Pernyatan-pernyataan itu ia peroleh melalui diskusi dengan murid-muridnya. Keberhasilannya menyusun teknik berfikir sistematis dan benar sekaligus hukum-hukumnya, telah mengangkatnya menjadi guru logika pertama di dunia sampai sekarang. Karya Aristoteles ini sangat dikagumi pada masanya dan masa sesudahnya sehingga logika dipelajari di setiap perguruan.
Pada awal abad ke-7 berkembanglah Islam di jazirah Arab pada abad ke-8, agama ini telah dipeluk secara luas, ke barat sampai Pyrences dan ke timur sampai Thian Shan. Pusat-pusat ilmu pada waktu itu adalah yang paling maju, Bahgdad di belahan timur dan Cordova di belahan barat, di zaman kekuasaan kekuasaan khalifah Abbasiyah, sedemikian banyaknya karya-karya ilmiyah Yunani dan lain-lainnya diterjemahkan ke dalam bahasa Arab, sehingga ada satu masa dalam sejarah Islam yang dijuluki degan Abad Terjemahan. Logika karya Aristoteles juga diterjemahkan dan diberi nama ‘Ilm al-mantiq.
Ilmu Mantik dengan demikian dipelajari oleh umat Islam sehingga banyak dari mereka yang menjadi pakar mantik. Mereka menggunakan Ilmu Mantik, tidak saja untuk mempertajam dan mempercepat daya pikir dan aplikasi penarikan kesimpulan yang benar, melainkan membantu mengokohkan hujjah-hujjah agamawi, termasuk wujud Tuhan dan alam semesta.
Diantara para ulama dan cendikiawan muslim yang terkenal mendalami, menerjemah dan mengarang Ilmu Mantik adalah Abdulllah Ibn al-muqoffa, Ya`kub Ibn Ishaq al-Kindi, Abu Nashr al-Farabi, Ibnu Sina, Abu hamid al-Ghazali, Ibn Rusyd al-Qurthubi, dan masih banyak yang lainnya. Al-Farabi pada zaman kebangkitan Eropa dari abad gelapnya, malah dijuluki dengan guru kedua Logika.
Kemudian terjadilah zaman kemunduran Mantik karena dianggap terlalu memuja akal. Diantara ulama-ulama besar Islam, seperti Muhyiddin al-Nawawi, Ibn Shalah, Taqiyyudin Ibn Taimiyah, Saduddin al-Taftazani malah mengharamkan mempelajari ilmu Mantik dengan tuduhan akan menjadi zindiq, ilhad dan kufur. Pengaruh mereka ini telah menyebabkan banyak ulama tidak memeperkenankan Ilmu mantik diajarkan di lembaga-lembaga pendidikan yang mereka asuh.
Namun demikian beberapa orang ulama besar masih tetap mempertahankan Ilmu Mantik sebagai suatu ilmu yang harus dipelajari, tetapi terbatas pada maksud menggunakannya sebagai penunjang bagi Ilmu Tauhid (theology) saja. Pada awal kebangkitan Islam (mulai penghujung abad ke-19) yang ditandai dengan gerakan pembahauan termasuk ilmu Mantik ini mulai dikembangkan kembali. Gerakan pembaharuan ini dipelopori oleh Jamaluddin Al-Afghani, Muhammad Abduh, Rasyid Ridha dan lain-lain. Pengaruh ini meluas keseluruh dunia Islam, termasuk Indonesia.
Di Indonesia, Ilmu Mantik pada mulanya dipelajari secara terbatas diperguruan-perguruan agama dan pesantren. Ilmu ini kemudian, semakin mendapat perhatian berkat semangat positif gerakan pembaharuan tadi. Tetapi meskipun pakar mantik mungkin banyak di Indonesia, ternyata buku-buku mantik atau logika yang mereka susun dalam bahasa Indonesia masih sangat sedikit. Sementara itu, mereka mengakui besarnya signifikasi dan peranan Ilmu Mantik itu bagi pengembangan ilmu pada umumnya dan peningkatan daya pikir untuk memperoleh kesimpulan yang benar pada khususnya.
C. Kebutuhan akan Ilmu Mantik
Hasil pemikiran manusia ini tidak selalu benar hasilnya. Hasil pemikirannya kadang-kadang salah meskipun ia telah bersungguh-sungguh berupaya mencari yang benar. Kesalahan itu bisa saja terjadi tanpa disengaja olehnya. Jika hal itu memang terjadi maka ia telah mendapat pengetahuan yang salah, meskipun ia yakin kebenarannya.
Oleh karena itu, supaya manusia teramankan dari kekeliruan berfikir dan terselamatkan dari mendapat kesimpulan yang salah, disusunlah kaidah-kaidah berfikir atau metodologi berfikir ilmiah. Kaidah-kaidah itu dapat dipakainya dalam kegiatan berfikirnya sehingga ia bisa diharapkan akan mencapai kesimpulan yang benar. Kaidah-kaidah tersebut telah tersusun dalam Ilmu Mantik.
D. Manfaat Ilmu Mantik
Ilmu Mantik sebagai ilmu logika mempunyai banyak manfaat, diantaranya adalah :
1. Membuat daya fakir akal tidak saja menjadi lebih tajam tetapi lebih juga menjadi berkembang melalui latihan-latihan berfikir dan menganalisis serta mengungkap suatu permaslahan secara runtun atau ilmiah
2. Membuat seseorang menjadi mampu meletakkan sesuatu pada tempatnya dan mengerjakan sesuatu tepat pada waktunya.
3. Membuat seseorang mampu membedakan hal-hal yang benar atau yang salah, oleh karenanya dengan ilmu mantik akan menghasilkan kesimpulan yang benar dan urut pikir yang salah dengan sendirinya akan menampilkan kesimpulan yang salah..
BAB II
ILMU DAN DILALAH DALAM ILMU MANTIK
العلــم و الدلالـة فى علــم المنـطق
A. Pengertian Ilmu (تعريف العلم )
Pengertian Ilmu menurut para pakar mantik adalah, mengerti dan yakin atau mendekati yakin (zhan) mengenai sesuatu yang belum diketahui, baik paham itu sesuai dengan relita maupun tidak.
Pakar Ilmu Mantik membagi Ilmu sepert skema berikut ini :
Memperhatikan skema di atas bahwa Ilmu, menurut Ilmu Mantik terbagi dua bagian yaitu :
1. Tashawwur (تصور ), yaitu memahami segala sesuatu tanpa meletakan sesuatu (sifat) yang lain kepadanya, seprti memahami kata Husain.
2. Tashdiq (تصديق ), yaitu memahami hubungan antara dua kata, atau menetapkan sesuatu kata atas kata yang lain. ketika anda memahami Husin sebagaimana adanya, tanpa menetapkan sesuatu yang lain kepadanya maka ilmu anda megenai Husin itu tersebut tashawwur. Tetapi, ketika anda mengatakan Husin sakit, berarti anda memahaminya dengan menetapkan (meletakan) sakit kepad Husin. pemahaman anda pada waktu itu sudah berpindah dari tashawwur kepada tasdiq,
Ilmu-ilmu tasahawwur dan tasdiq itu, masing-masingnya terbagi lagi kepada dua bagian :1). Badihi, adalah pemahaman tentang sesuatu yang tidak memerlukan pikiran atau penalaran, seperti mengetahui diri merasa lapar karena terlambat lapar, mengetahui diri merasa dingin karena tidak memakai jaket, dan yang semacamnya. 2). Nazhari, adalah pemahaman (ilmu) yang memerlukan pemikiran, penalaran, atau pembahasan seperti ilmu tentang matematika, gas bumi, kimia, teknologi radio, dan yang semacamnya.
B. Pengertian Dilalah (دلالة )
Dilalah adalah memahami sesuatu dari sesuatau yang lain. sesuatu yang pertama disebut Al-madhul (ynag ditunjuk, diterangkan atau diberi dalil) dan sesuatu yang kedua disebut Al-dall (penunjuk, penerag, atau yang memberi dalil)
Contoh :
Terdengar suara di dalam danau di tengah ladang adalah dilalah ( indikator) bagi adanya orang di dalam danau itu.
Pembagian Dilalah
Skema ini menunjukkan bahwa Dilalah terbagi dua bagian yaitu : 1). Dilalah Lafzhiyyah; 2). Dilalah Ghairu Lafzhiyyah.
Dilalah Lafzhiyyah
Adalah petunjuk berupa kata atau suara. Dilalah ini terbagi tiga bagian yaitu :
1. Thabi’iyyah (dilalah lafzhiyyah thabi’iyyah) yaitu dilalah (petunjuk) yang berbentu alami (‘aradh thabi’i).
Contoh :
Ketawa terbahak-bahak menjadi dilalah bagi gembira
Menangis terisk-isak menjadi dilalah bagi sedih
2. ‘Aqliyah (dilalah lafzhiyah aqliyah) yaitu dilalah yang berbentuk akal- pikir.
Contoh :
“Suara teriakan ditengah hutan menjadi dilalah bagi adanya manusia di sana”.
Suara teriakan maling dari sebuah rumah menjadi dilalah bagi adanya pencuri yang sedang melakukan pencurian
3. Wadh’iyyah (dilalah lafzhiyah wadh’iyyah) yaitu dilalah yang dengan sengaja dibuat manusia untuk suatu isyarah atau tanda apa saja berdasar kesepakatan.
Contoh :
Petunjuk bagi lafadz (kata) kepada makna yang telah disepakati :
Orang Sunda sepakat menetapkan kata cau menjadi dilalah bagi pisang
Orang Jawa sepakat kata gedang menjadi dilalah bagi pisang
Orang Inggris sepakat kata Benana menjadi dilalah bagi pisang
Dilalah Ghairu Lafzhiyyah (غير اللفظية )
Adalah dilalah yang tidak berbentuk kata atau suara. Dilalah ini terbagi tiga bagian :
1. Thabi’iyyah (dilalah ghairu lafzhiyyah thabi’iyyah) yaitu dilalah (petunjuk) yang bukan kata atau suara yang bersifat alami
Contoh :
Wajah cerah menjadi dilalah bagi orang yang senang
Menutup hidung menjadi dilalah bagi menghindarkan bau
2. ‘Aqliyah (dilalah ghairu lafzhiyah ‘aqliyah) yaitu dilalah bukan kata atau suara yang berbentuk akal- pikir.
Contoh :
Hilangnya barang-barang di rumah menjadi dilalah bagi adanya orang yang mencuri
Terjadinya kebakaran di hutan menjadi dilalah bagi adanya orang yang membawa api ke sana

3. Wadh’iyyah (dilalah lafzhiyah wadh’iyyah) yaitu dilalah bukan kata atau suara yang dengan sengaja dibuat manusia untuk suatu isyarah atau tanda apa saja berdasar kesepakatan.
Contoh :
Petunjuk bagi lafadz (kata) kepada makna yang telah disepakati :
Secarik kain hitam yang dipakai orang Cina di tangan kirinya menjadi dilalah bagi kesedihan, karena ditinggal mati oleh keluarganya.

C. Dilalah Lafzhiyah Wadh’iyah (لفظية وضعية )
Dilalah Lafzhiyah Wadh’iyah, seperti yang terlihat didalam skema, terbagai tiga bagian yaitu :
a. Muthabaqiyyah (dilalah lafzhiyah wadhiyyah muthabaqiyyah) yaitu dilalah lafazh (petunjuk kata) kepeda makna selengkapnya.
Contoh :
Kata rumah memberi petunjuk (dilalah) kepada bangunan yang lengkap terdiri dari, dinding , jendela, pintu, atap dan lain-lainnya. Jika kita menyuruh membuat rumah, adalah rumah yang lengkap, bukan hanya satu bagian saja (dinding atau atapnya) saja.

b. Tadhammuniyyah (dilalah lafzhiyyah wadh’iyyah tadhammuniyah) yaitu dilalah lafazh (petunjuk kata) kepada bagian-bagian maknanya.
Contoh :
Ketika kita bermaksud untuk memperbaiki rumah, maka hanya bagian-bagian tertentu saja yang diperbaiki.
Jika kita meminta dokter mengobati badan, maka bagian badan yang sakit saja yang diobati.

c. Iltizamiyyah (dilalah lafzhiyyah wadh’yyah iltizamiyya), yaitu dilalah lafazh kepada sesuatu yang ada di luar makna lafazh yang disebutkan, tetapi terikat amat erat dengan makna yang dikandungnya.
Contoh :
Jika kita menyuruh tukang memeperbaiki asbes loteng rumah yang runtuh, maka yang dimaksud bukan hanya asbes saja, tetapi kayu-kayu asbes yang melekat dan kebetulan sudah patah pun harus diganti. Asbes dengan kayu yang menjadi tulangnya terkait amat erat (iltizam)

BAB III
PEMBAHASAN TENTANG LAFAZH
البحـث عــن اللــفظ
A. Pengertian Lafazh
Lafazh dalam bahasa arab, adalah kata-kata dalam bahasa Indonesia. Lafazh terdiri dari rangkaian huruf abjad yang setelah dirangkai, mempunyai arti. Jika lafazh tidak mempunyai arti maka rangkaian huruf itu tidak dapat disebut sebagai lafazh.
SKEMA PEMBAGIAN LAFAzh

B. Pembagian Lafazh
1. Pembagian lafazh Mufrad (مفرد )
Lafazh mufrad terdiri dari dua kata yaitu, lafazh dan Mufrad. lafazh artinya kata-kata, sedangkan Mufrad artinya satu kata. Dlam istilah ilmu mantic, lafazh adalah kata-kata yang tidak mempunyai bagian yang masing-masing bagian itu menunjuk kepada makna yang dikandungnya sendiri.
Dilihar dari bagian-bagian katanya, lafazh mufrad dibagi empat bagian:
 Lafazh yang tidak mempunyai suku kata sama sekali, misalnya lafazh yang terdiri dari satu huruf.
Contoh :
Wa artinya dan (bahasa Arab)
U artinya kelapa (bahasa Aceh)
I artinya air (bahasa Aceh)
Wa artinya dan (bahasa Arab)
 Lafazh yang mempunyai bagian kata (huruf), tetapi jika dipisahkan, bagian itu tidak mempunyai arti sama sekali.
Contoh :
Huruf Sho pada lafazh Shomadun (bahasa Arab)
Huruf Ba pada lafazh Baabun (bahasa Arab)
 Lafazh yang mempunyai bagian kata dan masing-masing bagian itu mempunyai arti sendiri. Rangkaian kata seperti ini dalam bahasa Arab disebut Mudhaf dan Mudhaf ilaih. Contohnya : عبد الله (Abdullah), ابو هرير ة (Abu Hurairah) tidak diartikan bapak kucing, tetapi nama seseorang bernama Abu Hurairah.
 Lafazh yang mempunyai bagian-bagian yang masing masing mempunyai arti sendiri. Contoh : حَيَوَانٌ نَاطِقmasing – masing kata ini mengandung arti sendiri yaitu, tetapi yang dimaksudkan adalah satu yaitu Insan.
Lafazh Mufrad seperti terlihat pada skema di atas, terbagi tiga yaitu : 1), Isim; 2). Kalimat dan 3). Adat
Isim adalah lafazh (kata-kata) yang mempunyai arti sendiri tanpa terikat dengan waktu, seperti: masjid, madrasah, rumah, gunung dan sebagainya.
Fi’il adalah lafazh (kata-kata) yang mempunyai artis sendiri yang terikat dengan waktu. Seperti : dzahaba =sudah pergi, Yadzhabu = sedang pergi dll.
Adat adalah (menurut ilmu Nahwu) = harf seperti Bi, Min, wa, ila dll.
۞ . Pembagian Isim
a). Dilihat dari segi Mafhum (konsep yang dikandungnya), isim terbagi dua yaitu : Kulli dan Juz’i.
 Kulli (isim Kulli) adalah lafazh mufrad yang ketika disebutkan lantas menunjukkan kepada semua arti atau maknanya. Contoh : Ketika menyebutkan Nahr (sungai), maka semua sungai terkena Nahr. Ketika menyebut rumah maka semua rumah terkena oleh kata rumah itu.
 Juz’I (isim Juz’i) adalah lafazh mufrad yang ketika disebutkan lantas menunjukkan kepada satu bagian saja dari kesluruhan makna yang terkandung oleh lafzh kulli. Contoh ketika menyebut Nahr maka semua sungai akan terkena nahr di dalamnya. tetapi ketika menyebut Nahr Nil, maka kata ini akan berubah menjadi Juz’I, karena yang terkena hanya satu bagian saja.
۞. Pembagian Kulli dan Juz’i
Kulli dan Juz’I harus dilihat pula dari pengertiannya yang lain yaitu :
 Kulli dan Kulliyat
Kulli artinya menetapkan suatu ketentuan (hukum) atas sesuatu secara menyeluruh. Contoh : Orang kampung itu memindahkan sebuah rumah. maksudnya bahwa smua orang kampung itu secara masing-masing memindahkan seluruh isi rumah. Ada yang membawa piring, lemari dan lain-lain.
Kulliyat artinya menetapkan suatu ketentuan atas sesuatu secara satu persatu. Contoh : Orang kampung itu memindahkan sebuah rumah. Maksudnya semua orang kampung itu (kulli) secara bersam-sama memindahkan sebuah rumah, bukan bagian-bagiannya.

 Juz’I dan Juz’iyat
Juz’I artinya menetapkan sesuatu ketentuan (hukum) atas sebagian secara keseluruhan dari yang sebagian itu. Contoh : sebagian orang kampung itu mengangkat lemari besar dari sebuah gedung. maksudnya sebagian orang kampung secar bersama-sama mengangkat sebuah lemari besar dari sebuah gedung.
Juz’iyat artinya menetapkan sesuatu ketentuan (hukum) atas sebagian secara masing-masing dari yang sebagian itu. Contoh : sebagian orang kampung itu masing-masing memindahkan isi lemari besar dari sebuah gedung. maksudnya sebagian orang kampung secara bersama-sama mengangkat sebuah lemari besar dari sebuah gedung.
 Muhashal
Muhashal adalah lafazh mufrad yang menunjuk kepada suatu benda yang ada atau suatu sifat yang ada. Contoh :
Kota, sungai, neraka, surga. (suatu yang ada)
A lot, dermawan, sombong. (sifat yang ada)

 Ma’dul adalah Lafazh mufrad yang menunjuk kepada ketidakadaan sesuatu atau ketidakadaan sifat (kebalikan Muhashal). Contoh :
Bukan kota, bukan Jakarta, tidak neraka (ketidakadaan benda)
Tidak pelit, tidak sombong, tidak jujur (ketidakadaan sifat)
 ‘Adami adalah lafazh mufrad yang menunjuk kepada ketidakadaan sifat yang lazimnya ada. Contoh
Buta menunjuk kepada pengertian tidak melihat, padahal melihat adalah suatu sifat yang lazimnya ada pada manusia ataupun hewan.

Tuli menunjuk kepada pengertian tidak mendengar, padahal mendengar adalah salah satu sifat yang lazimnya ada pada hewan dan manusia.

2. Lafazh Murakkab (مركب)
Pengertian
Lafazh murakkab terdiri dari dua kata yaitu Lafazh dan Murakkab. Lafzah artinya kata-kata dan murakkab artinya disusun atau dirangkai. Jadi, lafazh murakkab artinya kata-kata yang disusun atau dirangkai baik dari 2, 3, 4, ataupun lebih dari itu.
Pembagian
Lafazh murakkab terbagi ke dalam dua bagian :
Lafazh Murakkab Tam
Lafazh murakkab tam, adalah kata-kata yang dirangkai atau disusun sedemikian rupa sehingga memberi pengertian yang lengkap. Dalam bahasa Indonesia, murakkab tam disebut kalimat efektif atau kalimat sempurna.
Contoh :
Drs. H. Humaedillah adalah Bapak Dosen Ilmu Mantik STAI PUI.
Karsum adalah Bapak Guru MI Kapur
Gedung MAN Jatiwangi indah sekali

Lafazh Murakkab Naqish
Lafazh murakkab naqish adalah rangkaian kata yang belum memberikan pengertian efektif atau sempurna (kalimat gantung).
Contoh :
Orang sombong itu
Seorang pemulung
Pujaan hati

* Murakkab Khabari
Murakkab khabari adalah murakkab tam yang isinya mungkin benar dan mungkin juga salah.
Contoh :
Ketua STAI PUI Majalengka datang ke Jatiwangi
Presiden AS datang ke Indonesia

* Murakkab Insya’i
Murakkab insya’i adalah murakkab tam yang tidak mungkin benar dan tidak mungkin pula salah.
Contoh :
Pergilah ke luar negeri untuk menambah pengalaman (amr).
Jangan lekas putus asa dalam menghadapi lenyataan (nahyi).
Apakah anda telah melaksanakan kewajiban dengan baik (istifham)

C. Mafhum dan Mashadaq
Pengertian lafazh kulli selalu memberi dua dilalah (petunjuk). Dilalah pertama menunjuk kepada konsep atau pengertian dan dilalah kedua menunjuk kepada yang terkena atau yang dikenai konsep atau pengertian tadi.
Lafazh insan, misalnya, memberi dua dilalah. Pertama, adalah dilalah konsep atau pengertiannya, yaitu bahwa insan adalah hayawanun natiq. Dilalah yang pertama ini dalam ilmu mantik disebut mafhum. Kedua dilalah kepada diri insan atau yang terkena oleh lafazh insan, yaitu manusia yang sudah milyaran di permukaan bumi. Dilalah yang kedua ini dalam ilmu mantik disebut al mashadaq (benda yang ada dalam realita yang dikenai lafazh).
Semakin betambah mafhum (konsep) lafazh kulli semakin sedikit memberi al ma-shadaq-nya. Sebaliknya, semakin sedikit penambahan mafhum kepada lafazh kulli semakin banyak ma-shadaq-nya.
D. Perbandingan Antara Lafazh Kulli dengan Artinya
Lafazh Mutawathi’
Lafazh mutawathi’ adalah lafazh kuli yang mempunyai makna banyak atau mafhum-nya satu mashadaq-nya banyak.
Contoh:
Insan, Hewan, tumbuh-tumbuhan
Lafazh insan mempunyai makan : Hindun, Fathimah,Maimun, Malin, Agung, Karsum, Iyan, dan lain-lainnya. Hakikat dari nama-nama itu sama dalam hal manusia. Mereka hanya berada dalam jenis dan sifat-sifat saja. Demikian juga lafazh hewan, dapat mengandung arti kambing, unta, sapi, burung, dan lain-lain. Lafazh tumbuh-tumbuhan dapat berupa sawi, kurma, anggur, wortel, kacang, dan lain-lain.
Lafazh Musyakkik
Lafazh musyakkik adalah lafazh kuli yang kualitas artinya berbeda. Artinya, lafazh musyakkik itu satu, tetapi kualitasnya berbeda.
Contoh :
Putih, tinggi, besar.
Lafazh putih mempunyai arti bisa sangat putih, kurang putih, sedikit putih, atau putih sedang. Lafazh tinggi bisa sangat tinggi, kurang tinggi, dan seterusnya. Demikian juga halnya dengan lafazh besar, bisa sangat besar, kurang besar, dan seterusnya.
Lafazh Mutabayyin
Lafazh mutabayin (sama dengan perbandingan tabayun) adalah dua lafazh yang bacaanya berbeda dan artinya berlainan.
Contoh :
Insan, Ardh, sama’ (bahasa Arab : manusia, binatang, langit)
Kuda, kambing, rambutan, kelapa, (bahasa Indonesia)

Lafazh-lafazh itu memperlihatkan perbedaan dari segi mafhum dan mashadaq-nya. Dengan kata lain lafazhnya berbeda dan artinya pun berlainan. Lafazh jenis ini adalah yang terbanyak.
Lafazh Muradif
Lafazh muradif (sama dengan perbandingan taraduf) adalah dua kata atau lebih lafazh yang berbeda, tetapi mengandung arti sama.
Contoh :
Nar dengan Sa’ir (neraka)
Jannah dengan ‘And (surga)
Arloji dengan Jam Tangan

Lafazh Musytarak
Lafazh musytarak adalah lafazh kulli yang mempunyai lebih dari satu arti.
Contoh :
‘Ain, nar, jannah (bahasa Arab)
Lagu, saran, ribut (bahasa Indonesia )

‘Ain (bahasa Arab) bisa mengandung arti mata dan mata air. Nar bisa mengandung arti api dan neraka. Jannah bisa mengandung arti kebun dan syurga.
Lagu (bahasa Indonesia) bisa mengandung arti ragam suara, nyanyi, tigkah laku.
Saran (bahasa Indonesia)bisa mengandung arti pendapat, anjuran, propaganda.
Ribut (bahasa Indonesia) bisa mengandung arti sibuk, gaduh, kencang.
E. Pembahasan Tentang Ta’rif
Ta’rif, secara lughawi memperkenalkan, memberitahukan sampai jelas dan terang mengenai sesuatu. Secara mantik, ta’rif adalah teknik menerangkan baik dengan tulisan maupun lisan, yang dengannya diperoleh emahaman yang jelas tentang sesuatu yang diterangkan/diperkenalkan. Dalam bahasa Indonesia, ta’rif tersebut dapat diungkapkan dengan perbatasan atau difinisi.
Dalam ilmi mantik, ta’rif berperan amat besar, karena istidlal (penarikan kesimpulan) yang merupakan tujuannya yang paling fundamental, tergantung amat erat kepada jelasnya ta’rif lafazh yang dipakai untuk menyusun qadhiyah-qadhiyah (kalimat-kalimat) yang darinya ditarik natijah (kesimpulan). Jika ta’rif lafaz tidak jelas, maka kesimpulan yang dihasilkan mungkin sekali keliru atau salah.
Ta’rif terbagi kepada empat :
Ta’rif Had
Ta’rif (definisi) dengan had adalah ta’rif yang menggunakan rangkaian lafazh kulli jins dan fashl.
Contoh :
Insan adalah hewan yang berfikir.
Hewan adalah jins dan berpikir adalah fashl bagi manusia.
Ta’rif had terbagi ke dalam dua bagian :
* T’;rif had tam adalah ta’rif dengan menggunakan lafazh jins qarib dan fashl.
Contoh :
Insan adalah hewan yang dapat berpikir.
Hewan adalah jins qarib (dekat) kepada insan karena tidak ada lagi jins di bawahnya. Artinya, di bawah hewan tidak ada lagi lafazh kulli yang terkategori jins, kecuali insan yang terkategori nau’. sedang dapat berpikir adalh fashl.
* Ta’rif had naqish adalah ta’rif yang : (1) menggunakan jins ba’id dan fashl, atau (2) menggunakan fashl qarib saja.
Contoh (1) :
Insan adalah jism (tubuh) yang dapat berfikir.
jism adalah jins ba’id bagi insan dan dapat berfikir adalah fashl baginya.
Contoh (2):
Insan adalah yang dapat berpikir (tanpa menyebutkan jins)
Ta’rif Rasm
Ta’rif dengan rasm adalah ta’rif yang menggunakan jins dan ‘irdhi khas.
Contoh :
Insan adalah hewan yang bisa tertawa
Hewan adalah jins dan tertawa adalah ‘irdhi khas (sifat khusus) manusia.
Ta’rif rasm terbagi ke dalam dua bagian
* Ta’rif rasm tam adalah ta’rif definisi yang menggunakan lafazh jins qarib dan fashl.
Contoh :
Insan adalah insan yang dapat tertawa
Hewan adalah jins qarib bagi insan. Sedangkan tertawa adalah ‘irdhi khas baginya.
* Ta’rif rasm naqish adalah ta’rif yang menggunakan (1) lafazh jins ba’id dengan ‘irdhi khas, atau (2) menggunakan lafazh ‘irdhi khas saja.
Contoh (1):
Insan adalah jisim yang bisa ketawa.
Contoh (2):
Insan adalah yang ketawa

Ta’rif dengan Lafazh
Ta’rif dengan lafazh adalah ta’rif yang menggunakan lafazh lain yang sama artinya saja.
Contoh :
Tepung adalah terigu
Insan adalah manusia


Ta’rif dengan Mitsal
Ta’rif dengan mitsal adalah ta’rif dengan memberikan contoh (mitsal).
Contoh :
Lafazh kulli adalah insan
Lafazh juz’i adalah seperti Muhammad, Karsum, Agung, Kosraman.

Syarat-syarat Ta’rif
Ta’rif menjadi benar dan dapat diterima, jika syarat-syaratnya terpenuhi. Adapun yang menajdi syarat dari ta’rif itu adalah sebagai berikut :
1. Ta’rif harus jami’ mani’ : ta’rif tidak boleh lebih umum atau elbih khusus dari yang dita;rifkan.

2. Ta’rif harus lebih jelas dari yang dita’rifkan. Jadi ta’rif tidak boleh sama samarnya atau lebih samar dari yang dita’rifkan.

3. Ta’rif harus sama pengertiannya dengan yang dita’rifkan. jadi, tidaklah benar ta’rif seperti :

4. Ta’rif tidak boleh berputar-putar (daur)

5. Ta’rif tidak boleh memakai kata-kata majaz (kiasan atau metaforik)
Contoh :
Pahlawan adalah singa yang gugur
6.Ta’rif tidak boleh menggunakan kata-kata musytarak (mempunyai lebih dari satu arti)
Contoh :
Arloji adalah pukul yang dipakai di tangan .
Pukul dalam ta’rif tersebut mempunyai dua arti, yaitu jam dan pukulan. Oleh karenanya, ta’rif itu tidak benar. Ia akan menjadi benar jika disempurnakan dengan qarinah, yang memberi petunjuk kepada makna yang dimaksudkan.
Contoh :
Arloji adalah pukul yang dipakai di tangan untuk mengetahui waktu (pukul berapa sekarang ?).
Diposkan oleh salam di 01:14